ShoutBox


ShoutMix chat widget

10.19.2008

Festival Seni Budaya Asmat Tahun 2008


Jika Anda berkesempatan mengunjungi Festival Budaya Suku Asmat (Asmat Culture Festival), pasti Anda akan terkesima dan kagum dengan keunikan dan keindahan hasil karya mereka. Karya seni yang lahir dari budaya dan keterampilan mereka, selain mengangkat citra dan jati diri suku Asmat, juga menghasilkan uang yang cukup fantastis.

ADALAH Yohanis Kimisinai, dari Kampung Kairin, Asmat, salah satu pemahat yang paling bahagia dalam Festival Budaya Asmat ke 25 Tahun 2008. Walau patungnya hanya berpredikat Juara III Kategori Panel, tapi patung ukiran Yohanis memecahkan rekor penjualan tertinggi dalam lelang Sesi I Festival Seni Budaya Asmat ke 25 tanggal 8-12 Oktober Tahun 2008 yang belangsung di Asmat.
Patung hasil karya Yohanis yang bercerita tentang keberanian membunuh musuh di kampung lain, kemudian mayatnya dibawa pulang dan melakukan pesta kemenangannya, dihargai Rp 30 juta oleh Bupati Asmat, Yuven Biakai.



Selain karya Yohanis, sejumlah hasil karya patung seni pahat dan seni ukir suku Asmat juga bernilai tinggi dengan harga puluhan juta rupiah.
Hasil karya Yakobus Seranbi dari Er dan Demianus Kortus, juga dihargai masing-masing Rp 20 juta. Selain itu sejumlah patung karya tangan terampil warga suku Asmat juga dihargai bervariasi, ada yang dihargai Rp 15 juta, Rp10 juta. Rp7,5 juta, Rp6 juta sampai dengan harga di bawah Rp1 juta.
Jumlah uang yang dikumpulkan para pematung Asmat dalam lelang sesi pertama pagi, Jumat (10/10) kemarin, lebih dari Rp100 juta. Lelang ini dilanjutkan sore harinya.
Selain warga suku Asmat berhasil mendapatkan uang melalui lelang resmi dalam forum festival, ratusan karya mereka yang dipajang dalam stand pameran festival, banyak yang terjual kepada pengunjung.
Festival Seni Budaya Asmat ke 25 tahun 2008, diikuti 203 pemahat dan ratusan penari dan diliput sejumlah wartawan cetak dan elektronika dari Indonesia. Festival yang ke-25 tahun 2008 ini berlangsung mulai tangal 8 s/d 12 Oktober 2008. Dengan thema "Mengupayakan Pelestarian Nilai-nilai Luhur Budaya sebagai Jati Diri dalam Mewujudkan Pembangunan Masa Depan Asmat Baru".
Dalam Pembukaan Lelang hasil karya para pematung yang berlangsung di Asmat, Jumat (10/10) kemarin, dihadiri Dubes Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli yang mewakili Paus Benedictus XVI, sekaligus mendapat kepercayaan membuka lelang hasil karya para pematung suku Asmat.
Hadir pula dalam acara ini, Bupati Merauke Yohanis Gluba Gebse, Bupati Asmat Yuven Biakai, Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr, Uskup Agats Mgr. Aloysius Murwito, OFM, sejumlah pejabat Muspida Asmat dan Merauke, serta tamu undangan dari dalam dan luar negeri. Sejumlah tamu luar negeri juga bergabung dalam rombongan PT Freeport Indonesia.
Melalui Dubes Vatikan untuk Indonesia, Paus Benedictus XVI menyerukan kepedulian Gereja Katolik untuk ikut melestarikan budaya Suku Asmat karena melalui budaya itu juga dapat ditemukan kebenaran dan jati diri manusia. Ia mengatakan, sejak dari awal gereja Katolik punya komitmen untuk tidak memisahkan budaya Asmat dari masyarakat Asmat.
Sementara ketua Panitia Penyelenggara Festival Budaya Asmat Tahun 2008, Emerikus Kasamol, mengatakan, festival tahun ini agak istimewa karena merupakan "tahun perak" karena sudah 25 tahun festival ini diselenggarakan dan sudah memberi manfaat bagi masyarakat suku Asmat.
Selain memberikan hasil ekonomi, juga berhasil mengangkat jati diri suku Asmat sampai ke tingkat internasional. "Melalui festival ini, suku Asmat menjadi manusia Asmat sejati," kata Kasamol berapi-api.
Kepada Wartawan, Kasamol juga berharap, tahun ini kalau bisa hasil penjualan lebih meningkat. Tahun lalu, lelang tertinggi hanya Rp 24 juta. Namun tahun perak ini salah satu hasil karya putra suku Asmat dihargai Rp 30 juta. "Ini sangat menyenangkan," ujar Kasamol bangga.
Dalam festival ini, kata Kasamol, ada enam kategori yang dilombakan, yaitu Kategori Patung Kecil, Patung Sedang, Patung Besar, Kategori Cerita Rakyat, Kategori Tradisional dan Kategori Panel. Mereka yang berhasil merebut juara I masing-masing kategori akan masuk museum dan pematungnya diberi penghargaan masing-masing senilai Rp10 juta. Sementara Juara II dan III masing-masing kategori akan diikutkan lelang.
Festival Seni Budaya Asmat tahun ini juga akan dihadiri kapal pesiar yang memuat sejumlah turis asing untuk membeli hasil karya para pematung. Juga ada tujuh delapan kali gelombang pengunjung dari luar Asmat yang mendatangi arena pameran.
Sementara juru bicara PT Freeport Indonesia, Mindo Pangaribuan yang juga hadir dalam festival ini, mengatakan PTFI memahami kebutuhan masyarakat Papua untuk melestarikan tradisi kebudayaan. PTFI juga kata Mindo, tetap berkomitmen mendukung upaya pelestarian budaya ini.
PTFI datang sebagai tamu atau pengunjung, juga membantu mempromosikan festival termasuk memfasilitasi tamu-tamu dari dalam dan luar negeri untuk mengunjungi festival ini.
Lanjut Mindo, PTFI telah lama mendukung festival tahunan Asmat ini. Dalam meningkatkan pemahaman terhadap kebudayaan lokal, menurut Mindo, PTFI sudah melakukan sejumlah kajian tentang masalah sosial, kebudayaan, bahasa dan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerja perusahaan. Kajian-kajian tersebut telah meningkatkan komunikasi dan pemahaman antara PTFI dengan masyarakat sekitar. Selain itu, kajian-kajian tersebut telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan dunia mengenai kebudayaan lokal yang unik. Bahkan menurut Mindo, PTFI juga telah mensponsori terbitnya dua buku tentang sosial budaya masyarakat Kamoro dan Amungme.
Dikatakan, ikut melestarikan dan mengembangkan seni budaya lokal Papua, merupakan salah satu komitmen PTFI. Untuk itu setiap tahun, PTFI ikut mendatangkan tamu baik dari dalam maupun dari luar negeri agar mereka mengenal dan membeli hasil karya budaya lokal Papua, khususnya yang ada di wilayah kerja PTFI, seperti Asmat, Kamoro dan Amungme.

0 comments:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger